KeizalinNews.com, BIREUN – Sehubungan dengan julukan Bireuen “KOTA SANTRI” Maka YAYASAN PEDULI SYARIAH ISLAM ACEH menganggap perlu Penjagaan Keutuhan Bireuen Sebagai Kota Santri.
Julukan nama Kabupaten Bireuen sebagai Kota Santri tentu menimbulkan kekhawatiran terhadap nama baik kota itu sendiri. Dimana realitas kehidupan masyarakat jika tidak bernuansa Kesantrian, akan berdampak negatif kepada kota santri itu sendiri, sehingga terkesan tidak sesuai antara perilaku masyarakat dengan namanya “KOTA SANTRI” Senin 30 Agustus 2021.
Ustazah Zahratul Ainiyang kerap disapa “Nyak Aton” aktif mengajarkan beberapa Anak-anak di Yayasan Peduli Syariah Islam Aceh sebagai bentuk kepeduliannya terhadap generasi penerus bangsa yang akan meneruskan kehidupan di Negeri ini, Keadaan seperti ini bukan hanya terlihat di Desa Pineung Siribie saja, namun juga terjadi di daerah lain di Kabupaten Bireuen tutur Zahratul Aini.
Kekhawatiran terhadap nama baik kota santri, perlu adanya komitmen semua pihak untuk mewujudkan “Perilaku Masyarakat Bireuen Yang Memiliki Ketinggian Moral, Memahami Agama serta Memiliki Kesadaran untuk Mengamalkan Agama. Oleh karena itu, agar terwujud komitmen tersebut, perlu adanya langkah strategis yang dapat kita lakukan secara bersama-sama, namun hal itu belum terlihat dari keseriusan pihak pemerintah Kabupaten Bireuen.
Zahratul Aini mengajar untuk saat ini masih dengan cara kebiasaan lama, karna belum ada panduan dari pemerintah, harapannya Pemerintah membuat panduan agar ada keseragaman dan mempermudah kami dalam ajar mengajar sehingga tercapainya target Pemerintah untuk menjadikan Bireun sebagai Kota Santri.
Sementara itu Ustad M Nurkhalis sebagai Pimpinan dari Yayasan Peduli Syariah Islam Aceh, berharap keseriusan Pemerintah Kabupaten Bireuen untuk memperhatikan guru2 pendidik di desa2 agar mereka mendapatkan tunjangan yang sama, karna selama ini banyak guru pendidik yang tidak mendapatkan apa2 dari Pemerintah Kabupaten Bireuen, serta pihak Pemerintah mengarahkan.
Agar ada keseragaman bila perlu membuat Standar sebagai panduan kepada para Ustad dan ustazah sebagai pendidik di desa2, agar memudahkan para guru supaya tercapai apaya yang diinginkan oleh Pemerintah untuk Kabupaten yang berjulukan Kota santri, ini belum dilakukan oleh pemerintah bireuen, walaupun Bireuen sudah sudah punya julukan sebagai kota santri, Pemerintah Bireuen melaui dinas terkait harus membuat program agar Bireuen betul2 terlihat suasana sebagai kota santri.
Supaya Bireuen kedepan menjadi percontohan sebagai kota yang Notabone identik dengan Kota santri dan Nanggro Syariat Ungkap Nurkalis.
