keizalinNews. com, Belitung
Warga keturunan Tionghoa berkumpul melakukan tradisi sembahyang kubur atau Cheng Beng di Desa Dukong, Kecamatan Tanjungpandan, Minggu (9/4/2023).
Adapun tradisi sembahyang kubur atau Cheng Beng tersebut merupakan ritual suci bagi warga Tionghoa untuk ziarah ke makam orang tua dan leluhur mereka. Tradisi ini merupakan perwujudan sikap masyarakat Tionghoa yang sangat mencintai dan menghormati leluhurnya.
Kegiatan ini dilakukan sejak pagi hari hingga jelang siang, dengan melakukan sembahyang dan meletakan sesajian, berupa aneka buah-buahan, ayam, babi, arak, aneka kue dan makanan vegetarian serta uang kertas atau kimcin yang di taruh di makam.
Salah satu peziarah, Hendri menuturkan momentum Cheng Beng ini biasa dimanfaatkan warga Tionghoa keturunan untuk berkumpul bersama keluarga, khususnya mereka yang dari perantauan biasanya akan pulang kampung.
“Setiap tahun sekali biasanya warga keturunan Tionghoa melakukan sembahyang kubur atau Cheng Beng dan momen ini juga dimanfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga, pada khusunya di Belitung ini,” ujarnya seperti dikutip dari laman Gasparnews, Minggu (9/4).
Puncak Cheng Beng tahun ini jatuh pada setiap 5 April. Namun warga keturunan Tionghoa di Belitung ini melakukan Chen Beng pada hari Minggu 9 April 2023.
Selanjutnya, setelah melakukan sembahyang kabur, para peziarah berkumpul di Aula Yayasan Sosial Budi Bhakti yang terletak di area pemakaman Desa Dukong ini.
“Disini kita berkumpul bersama untuk melakukan sembahyang memberi penghormatan kepada orang tua dan leluhur yang telah mendahului kita, semoga tradisi ini dapat kita wariskan kepada anak cucu dimasa depan,” imbuh Hendri.
Dari pantauan awak media, digelar juga rapat umum anggota Yayasan Sosial Budi Bhakti Tanjungpandan, Kabupaten Belitung. (*)